MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR ANAK ZAMAN SEKARANG "PERILAKU BERPACARAN"
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
“GENERASI ANAK ZAMAN
SEKARANG
(PERILAKU BERPACARAN)”
Disusun Oleh:
Sarah Thania Lewiera
(15517525)
Kelas 1PA08
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kata Pengantar
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya berhasil menyusun Makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam Makalah ini membahas mengenai “Anak
Zaman Sekarang (Perilaku Berpacaran)”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
saya harapkan untuk penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Jakarta, 26 November 2017
Sarah Thania
Daftar Isi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
Masalah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pacaran
2.2
Dampak Positif dan Negatif Pacaran Pada Remaja
2.3
Kasus Hamil diluar Nikah
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.2
Daftar Pusaka
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kehidupan remaja pada zaman sekarang
berbeda dengan zaman pada tahun 90’an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini
remaja dalam berperilaku sosial berbeda dalam mencari kebebasan. Remaja di
jaman sekarang ini banyak sekali yang mengalami masalah berkaitan dengan
berperilaku pacaran. Pada kenyataannya kematangan seksual remaja jaman sekarang
cepat dibandingkan dengan remaja generasi 90’an, karena remaja sekarang
mengalami pubertas di usia yang sangat dini sehingga tidak sesuai dengan
kematangan psikologis dan mental remaja itu sendiri (Notoatmodjo, 2014).
Notoatmodjo (2011) mengatakan bahwa
masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
meliputi perubahan fisik, mental, emosional, dan sosial. Jaman sekarang
maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja membuat remaja itu sendiri bisa
berperilaku buruk salah satunya dalam berpacaran. Berpacaran merupakan
perbuatan yang melibatkan perasaan romantis dimana laki-laki dan perempuan
bertemu dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama dengan tujuan saling mengenal
satu sama lain lebih dalam (DeGenova, M. K., & Rice, P., 2005).
Persepsi merupakan salah satu faktor
yang membentuk perilaku (Notoatmodjo, 2014 dan Wardiah, M., L 2016). Ketika
seseorang mendapatkan informasi dalam bentuk positif maupun negatif melalui
panca indra, informasi tersebut akan ditanggapi, lalu dinilai positif atau
negatif. 2 Setelah dinilai maka akan timbul niat untuk bertindak dan akhirnya
terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku. Perilaku merupakan
kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati bahkan di pelajari
(Wardiah, M., L 2016). Perilaku remaja yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi salah satunya adalah berpacaran. Perilaku pacaran pada remaja
bervariasi dimulai dari kegiatan rekreasi yang bersifat pertemanan dan
nonseksual hingga keterlibatan seksual dan romantik yang mendalam (Qiem, 2015).
Menurut data survei yang
dirilis oleh Population Reference Bureau (PRB) bahwa pertumbuhan jumlah remaja
di seluruh dunia tinggi. Populasi anak muda usia 10-24 tahun di dunia pada
tahun 2013 mencapai 1,81 milliar jiwa atau 25% dari total populasi didunia.
Menurut WHO secara global terdapat 28 kasus reproduksi per 1.000 remaja setiap
tahunnya dan jumlahnya naik dari 44% di tahun 1995 menjadi 49% pada tahun 2008.
Indonesia sendiri sesuai dengan data hasil sensus penduduk tahun 2010, mencatat
penduduk Indonesia yang tergolong anak muda usia 10-24 tahun adalah sekitar 64
juta jiwa atau 27.6% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.6 juta
jiwa. Remaja
di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan reproduksi yaitu seks pra nikah
menurut Infodating tahun 2007-2012 sebesar 4,5%; angka kehamilan pada remaja
menurut Riskesdas tahun 2013 sebesar 1,97%; dan menurut BKKBN pada tahun 2014
sebesar 48%-51% wanita hamil adalah kaum remaja. Menurut BKKBN tahun 2013
Surabaya merupakan kota peringkat pertama dengan angka masalah kesehatan
reproduksi tertinggi pada remaja yaitu perilaku seksual dengan persentase 3
54%. Semua masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh remaja, di sebabkan
dari bermacam-macam faktor.
Hasil penelitian sebelumnya tentang masalah kesehatan reproduksi dan perilaku
berpacaran remaja, terdapat beragam faktor yang menyebabkan terjadinya
masalah-masalah tersebut. Penelitian dari Sugiharti (2011) tentang Perilaku
Beresiko Remaja Indonesia dan hasilnya bahwa faktor yang berhubungan dengan
perilaku berisiko pada remaja adalah pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin,
pendidikan, status ekonomi rumah tangga, akses terhadap media informasi,
komunikasi dengan orang tua, dan keberadaan teman yang berperilaku berisiko.
Penelitian dari Cahyaningrum (2013) tentang Faktor Yang Menyebabkan Remaja
Berperilaku Pacaran Tidak Sehat dan hasilnya didapatkan bahwa dari 40 orang
responden terdapat 67,5% disebabkan faktor pergaulan bebas, 27,5% disebabkan
faktor lingkungan dan 5% disebabkan faktor ekonomi. Penelitian lain
dari Kurniawati (2012) tentang Perilaku Berpacaran Pada Remaja Usia Madya dan
hasilnya bahwa, perilaku berpacaran yang dilakukan remaja adalah mengobrol,
berpegangan tangan, jalan-jalan, berpelukan, cium pipi, cium kening, cium
bibir, necking, petting, berhubungan seksual dan alasan yang dikemukakan oleh
remaja pada saat melakukan perilaku berpacaran adalah untuk rasa kesenangan
bersama, sekedar pengen dan nafsu, dipaksa, rasa ingin tahu. Hasil
dari uraian diatas tentang masalah kesehatan reproduksi remaja dan perilaku
berpacaran anak remaja menunjukan bahwa pada jaman sekarang banyak remaja yang
mengalami masalah kesehatan reproduksi dan berperilaku tidak sehat dalam
berpacaran. Masalah tersebut disebabakan oleh berbagai macam faktor yang sudah
diuraikan oleh penelitian-penelitian 4 sebelumnya seperti pengetahuan, peran
orang tua, akses media informasi, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan,
status ekonomi rumah tangga, komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya,
pergaulan bebas dan juga lingkungan. Masalah
perubahan perilaku berpacaran remaja yang sudah di uraikan di atas, akan
memberikan dampak terhadap kehidupan remaja, terutama kesehatan reproduksinya.
Melakukan hubungan seksual saat berpacaran, hamil dan melahirkan anak di usia
muda, melakukan aborsi, dan tertular penyakit seksual merupakan dampak yang
dapat ditimbulkan oleh remaja yang berpacaran tidak sehat. Adanya dampak
tersebut menyebabkan mereka yang semula diharapkan menjadi subjek pembangunan
justru akan menjadi beban dari pembangunan itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan
oleh perilaku berpacaran remaja ini akan menganggu kesejahteraan fisik, mental,
emosional, spiritual dan sosial dari remaja itu sendiri jika tidak segera di
tangani. Masalah kesehatan reproduksi dan
perilaku berpacaran remaja seperti yang sudah diuraikan di atas, menjadi
perhatian berbagai pihak di antaranya orang tua, lembaga pendidikan, para ahli
dan pihak-pihak lain yang ikut prihatin dengan masalah-masalah remaja.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, orang
tua, dan lembaga pendidikan yang bersangkutan serta mengarahkan persepsi orang
tua, terutama persepsi remaja itu sendiri kearah yang positif, merupakan salah
satu solusi yang bisa mengurangi masalah kesehatan reproduksi dan perilaku
berpacaran negatif yang sudah banyak dilakukan oleh kalangan remaja. Dengan
mengetahui lebih dalam persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dan
hubungannya dengan perilaku berpacaran remaja melalui 5 penelitian, maka solusi
yang sudah dibuat dapat diterapkan sehingga bisa mengurangi masalah pada remaja
seperti yang sudah dijelaskan di atas. Dari hasil uraian ini membuat peneliti
tertarik untuk meneliti “Hubungan Persepsi Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Dengan Perilaku Berpacran Remaja” yang sebelumnya tidak diteliti oleh peneliti
lain.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku
berpacaran remaja?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengidentifikasi
perilaku berpacaran remaja.
1.3.2
Tujuan Khusus
Menganalisa hubungan persepsi remaja
tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku berpacaran remaja.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan Ilmu Pengetahuan
Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas dan Komunitas mengenai
persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran remaja.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi
Institusi Pelayanan Keperawatan Komunitas Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai acuan intervensi keperawatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan pada remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran yang
sehat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Para Remaja a. Diharapkan hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi persepsi dan perilaku berpacaran
remaja di sekolah. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman dan masukan dalam meningkatkan perilaku berpacaran remaja yang sehat
dan meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pacaran
Pacaran merupakan proses
perkenalan antara dua insan manusia yang
biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang
dikenal dengan pernikahan. Secara umum, istilah "pacaran"
berasal dari kata "pacar" dengan akhiran "-an". Kata pacar
berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno) yang berarti "calon pengantin".
Kemudian mendapat akhiran "-an" yang bermakna kegiatan. Sehingga
pacaran berarti menjadi kegiatan sebelum menikah/aktivitas dengan calon
pengantin sebelum menikah.
Ada juga yang mengartikan pacaran sebagai
kebersamaan dan keterikatan jiwa, emosi maupun batin di antara kedua insan
memiliki nilai, rasa, dan tingkatan yang berbeda dari sekedar hubungan
pertemanan biasa. Keterikatan hatinya terpaut begitu kuat dan sudah memiliki
arah dan tujuan yang lain dari sekedar berteman layaknya sebelum mereka
menjalin hubungan pacaran. Yang kemudian muncul istilah "pacaran" di
kalangan mereka sebagai bentuk penamaan terhadap teman dekat yang spesial atau
sahabat yang istimewa yang tak tergantikan oleh yang lainnya.
2.2
Dampak Positive dan Negative dalam berpacaran
A.
Dampak
Positive
1. Belajar
bersosialisasi
Dengan
berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita
mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah
belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.
2. Mempelajari
karakteristik berbagai macam orang
Namun,
kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati
bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’!
Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya
mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan
dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika
dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu,
membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang.
Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit
hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di
situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang
mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah
dia bisa mengendalikan emosinya, merupakan saat yang tepat untuk
berpacaran tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya
untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan
perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat
memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang
tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).
B. Dampak Negatif
1. Kehamilan
dan penularan penyakit menular seksual
Anak
yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan
dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for
Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
2. Kekerasan
seksual
Pemerkosaan
dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran
(KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh
orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual
dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi
ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
3. Cenderung
menjadi pribadi yang rapuh
Anak
remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala,
perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya
yang belum pernah pacaran. Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung
menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi,
contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama
jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
4.
Kekerasan fisik
Bentuknya
seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat
tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah
selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya
kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku,
misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk
kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
5. Menurunkan
konsentrasi
Hal
ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya
sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus
memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik
sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
6. Menguras
harta
Akan
menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya,
bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah
untuk pacarnya.
2.3 Penyakit-Penyakit Menular yang Berbahaya Akibat Seks Bebas
1. GONORRHEA
· Disebabkan
oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
· Pada
pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air
kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak
terasa sama sekali.
· Gejala-gejala
gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali,
tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan
kemandulan
· Penyakit
ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini.
2. HERPES
· Disebabkan
oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
· Gejala
timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita
penyakit ini
· Gejala
awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan
berair.
· Dalam
5 sampai 10 hari gejala hilang
· Virus
menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang
sering
· Wanita
kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam
vagina.
3. INFEKSI JAMUR
· Disebabkan
oleh jamur
· Menyebabkan
kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
· Pada
wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
· Dapat
disembuhkan dengan krim anti jamur
4. SYPHILIS
· Disebabkan
oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan
intim dengan penderita penyakit ini
· Luka
terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya
tidak terasa sakit
· Luka
akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan
penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini
akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain
· Syphilis
dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
·
Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina
Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina
5. BISUL atau KUTIL PADA ALAT KELAMIN
· Disebabkan
oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
· Muncul
berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
· Pada
umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau
pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
· Dapat
berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
·
Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim.
Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim.
6. AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
SYNDROME)/HIV DISEASE*
· Penyakit
akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim
kekebalan tubuh
· Tidak
ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
· Dapat
menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi
pengobatan telah ditemukan
· Disebarkan
melalui hubungan intim [berciuman, making love], hubungan dengan lendir
penderita dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.
PENYAKIT KELAMIN PADA WANITA :
Berikut beberapa penyakit umum yang wanita hadapi dan cara
menjamin kesehatan kewanitaan tetap sehat:
1. Human papillomavirus (HPV)
Human papillomavirus (HPV) adalah salah satu infeksi virus yang
disebabkan oleh hubungan seksual paling umum. Sebagian besar penyakit ini tidak
begitu berbahaya tetapi jika test smear nampak tidak normal, dokter akan
menyarankan untuk test lab.
Cara untuk mengatetahui HPV adalah dengan cervical smear atau
screening kesehatan seksual. Yakinlah untuk memeriksa secara teratur setidaknya
satu kali setiap tiga tahun. Berhenti merokok karena penelitian menemukan
hubungan antara merokok dan kanker vulva dan gunakan kondom.
2. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Pelvic Inflammatory Disease (PID) mempangaruhi satu dari 10
wanita dan jika dibiarkan akan menyebabkan ketidaksuburan. Gejala yang mungkin
timbul pinggul sakit saat hubungan seks, pendarahan yang tidak teratur atau
perubahan bau pada vagina. Segera periksa ke dokter jika anda menemukan gejala
itu. Penyakit ini dapat dengan mudah disembuhkan dengan antibiotik.
Upaya pencegahan PID adalah lakukan seks yang aman dan
memeriksakan secara teratur. Kadang-kadang gejala tidak begitu jelas sampai
semua terlambat.
3. Bacterial vaginosis
Bacterial vaginosis adalah salah satu infeksi vagina yang paling
umum diantara wanita diusia beranak. Penyakit ini sering dianggap hanya infeksi
karena memiliki gejala yang sangat umum dengan infeksi biasa.
Gejala dari ketidakseimbangan bakteri dalam vagina termasuk gatal, aroma amis dan perubahan dalam vagina. Jangan biarkan gejala-gejala tersebut dan yakinlah untuk diperiksa dan disembuhkan dengan baik. Jika dibiarkan, ini akan meningkat resiko berkembang menjadi PID
Gejala dari ketidakseimbangan bakteri dalam vagina termasuk gatal, aroma amis dan perubahan dalam vagina. Jangan biarkan gejala-gejala tersebut dan yakinlah untuk diperiksa dan disembuhkan dengan baik. Jika dibiarkan, ini akan meningkat resiko berkembang menjadi PID
4. Penyakit radang pelvis
Penyakit radang pelvis (bahasa Inggeris: Pelvic inflammatory
disease) ialah sejenis penyakit berjangkit yang progresif berlaku pada tiub
Fallopio, rahim, serviks dan/atau ovari. Penyakit radang pelvik selalu
dikaitkan dengan penyakit kelamin kerana ia selalunya berjangkit melalui
seksual.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pada dasarnya berpacaran
saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena berdasarkan usia dan aspek
psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal
satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan
terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri akan tetapi peran
orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam
perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan.
3.2
Saran
Dalam melakukan hubungan pada saat remaja
seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja focus untuk belajar saja dan
meraih cita-cita. Menyadari besarnya pengaruh eksternal dalam berpacaran usia
remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan
guru dan lingkungan sekitar termasuk dengan para remaja supaya terjadi
keterbukaan antara remaja dan orang tua
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar