MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR ANAK ZAMAN SEKARANG "PERILAKU BERPACARAN"

MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
“GENERASI ANAK ZAMAN SEKARANG
(PERILAKU BERPACARAN)”















Disusun Oleh:
Sarah Thania Lewiera (15517525)
Kelas 1PA08









FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA








Kata Pengantar
                                                              



Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya berhasil menyusun Makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam Makalah ini membahas mengenai “Anak Zaman Sekarang (Perilaku Berpacaran)”. 

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. 

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 























Jakarta, 26 November 2017

Sarah Thania









Daftar Isi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
1.2        Rumusan Masalah
1.3        Tujuan Masalah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pacaran
2.2 Dampak Positif dan Negatif Pacaran Pada Remaja
2.3 Kasus Hamil diluar Nikah


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Daftar Pusaka



















BAB I
PENDAHULUAN


I.       Latar Belakang

         Kehidupan remaja pada zaman sekarang berbeda dengan zaman pada tahun 90’an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini remaja dalam berperilaku sosial berbeda dalam mencari kebebasan. Remaja di jaman sekarang ini banyak sekali yang mengalami masalah berkaitan dengan berperilaku pacaran. Pada kenyataannya kematangan seksual remaja jaman sekarang cepat dibandingkan dengan remaja generasi 90’an, karena remaja sekarang mengalami pubertas di usia yang sangat dini sehingga tidak sesuai dengan kematangan psikologis dan mental remaja itu sendiri (Notoatmodjo, 2014).
Notoatmodjo (2011) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi perubahan fisik, mental, emosional, dan sosial. Jaman sekarang maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja membuat remaja itu sendiri bisa berperilaku buruk salah satunya dalam berpacaran. Berpacaran merupakan perbuatan yang melibatkan perasaan romantis dimana laki-laki dan perempuan bertemu dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama dengan tujuan saling mengenal satu sama lain lebih dalam (DeGenova, M. K., & Rice, P., 2005).
Persepsi merupakan salah satu faktor yang membentuk perilaku (Notoatmodjo, 2014 dan Wardiah, M., L 2016). Ketika seseorang mendapatkan informasi dalam bentuk positif maupun negatif melalui panca indra, informasi tersebut akan ditanggapi, lalu dinilai positif atau negatif. 2 Setelah dinilai maka akan timbul niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku. Perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati bahkan di pelajari (Wardiah, M., L 2016). Perilaku remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi salah satunya adalah berpacaran. Perilaku pacaran pada remaja bervariasi dimulai dari kegiatan rekreasi yang bersifat pertemanan dan nonseksual hingga keterlibatan seksual dan romantik yang mendalam (Qiem, 2015).            Menurut data survei yang dirilis oleh Population Reference Bureau (PRB) bahwa pertumbuhan jumlah remaja di seluruh dunia tinggi. Populasi anak muda usia 10-24 tahun di dunia pada tahun 2013 mencapai 1,81 milliar jiwa atau 25% dari total populasi didunia. Menurut WHO secara global terdapat 28 kasus reproduksi per 1.000 remaja setiap tahunnya dan jumlahnya naik dari 44% di tahun 1995 menjadi 49% pada tahun 2008. Indonesia sendiri sesuai dengan data hasil sensus penduduk tahun 2010, mencatat penduduk Indonesia yang tergolong anak muda usia 10-24 tahun adalah sekitar 64 juta jiwa atau 27.6% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.6 juta jiwa.                                                      Remaja di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan reproduksi yaitu seks pra nikah menurut Infodating tahun 2007-2012 sebesar 4,5%; angka kehamilan pada remaja menurut Riskesdas tahun 2013 sebesar 1,97%; dan menurut BKKBN pada tahun 2014 sebesar 48%-51% wanita hamil adalah kaum remaja. Menurut BKKBN tahun 2013 Surabaya merupakan kota peringkat pertama dengan angka masalah kesehatan reproduksi tertinggi pada remaja yaitu perilaku seksual dengan persentase 3 54%. Semua masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh remaja, di sebabkan dari bermacam-macam faktor.                          Hasil penelitian sebelumnya tentang masalah kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran remaja, terdapat beragam faktor yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah tersebut. Penelitian dari Sugiharti (2011) tentang Perilaku Beresiko Remaja Indonesia dan hasilnya bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja adalah pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi rumah tangga, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua, dan keberadaan teman yang berperilaku berisiko. Penelitian dari Cahyaningrum (2013) tentang Faktor Yang Menyebabkan Remaja Berperilaku Pacaran Tidak Sehat dan hasilnya didapatkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 67,5% disebabkan faktor pergaulan bebas, 27,5% disebabkan faktor lingkungan dan 5% disebabkan faktor ekonomi.                                                    Penelitian lain dari Kurniawati (2012) tentang Perilaku Berpacaran Pada Remaja Usia Madya dan hasilnya bahwa, perilaku berpacaran yang dilakukan remaja adalah mengobrol, berpegangan tangan, jalan-jalan, berpelukan, cium pipi, cium kening, cium bibir, necking, petting, berhubungan seksual dan alasan yang dikemukakan oleh remaja pada saat melakukan perilaku berpacaran adalah untuk rasa kesenangan bersama, sekedar pengen dan nafsu, dipaksa, rasa ingin tahu.                                                                                                        Hasil dari uraian diatas tentang masalah kesehatan reproduksi remaja dan perilaku berpacaran anak remaja menunjukan bahwa pada jaman sekarang banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan reproduksi dan berperilaku tidak sehat dalam berpacaran. Masalah tersebut disebabakan oleh berbagai macam faktor yang sudah diuraikan oleh penelitian-penelitian 4 sebelumnya seperti pengetahuan, peran orang tua, akses media informasi, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi rumah tangga, komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya, pergaulan bebas dan juga lingkungan.                           Masalah perubahan perilaku berpacaran remaja yang sudah di uraikan di atas, akan memberikan dampak terhadap kehidupan remaja, terutama kesehatan reproduksinya. Melakukan hubungan seksual saat berpacaran, hamil dan melahirkan anak di usia muda, melakukan aborsi, dan tertular penyakit seksual merupakan dampak yang dapat ditimbulkan oleh remaja yang berpacaran tidak sehat. Adanya dampak tersebut menyebabkan mereka yang semula diharapkan menjadi subjek pembangunan justru akan menjadi beban dari pembangunan itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan oleh perilaku berpacaran remaja ini akan menganggu kesejahteraan fisik, mental, emosional, spiritual dan sosial dari remaja itu sendiri jika tidak segera di tangani.                                                                                          Masalah kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran remaja seperti yang sudah diuraikan di atas, menjadi perhatian berbagai pihak di antaranya orang tua, lembaga pendidikan, para ahli dan pihak-pihak lain yang ikut prihatin dengan masalah-masalah remaja. Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, orang tua, dan lembaga pendidikan yang bersangkutan serta mengarahkan persepsi orang tua, terutama persepsi remaja itu sendiri kearah yang positif, merupakan salah satu solusi yang bisa mengurangi masalah kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran negatif yang sudah banyak dilakukan oleh kalangan remaja. Dengan mengetahui lebih dalam persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan perilaku berpacaran remaja melalui 5 penelitian, maka solusi yang sudah dibuat dapat diterapkan sehingga bisa mengurangi masalah pada remaja seperti yang sudah dijelaskan di atas. Dari hasil uraian ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Persepsi Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Berpacran Remaja” yang sebelumnya tidak diteliti oleh peneliti lain.



1.2 Rumusan Masalah
Adakah persepsi remaja tentang  kesehatan reproduksi dengan perilaku berpacaran remaja?



1.3 Tujuan
            1.3.1 Tujuan Umum
            Mengidentifikasi perilaku berpacaran remaja.
            1.3.2 Tujuan Khusus
Menganalisa hubungan persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku berpacaran remaja.


1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan Ilmu Pengetahuan Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas dan Komunitas mengenai persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran remaja.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan Komunitas Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan intervensi keperawatan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berpacaran yang sehat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Para Remaja a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi persepsi dan perilaku berpacaran remaja di sekolah. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dan masukan dalam meningkatkan perilaku berpacaran remaja yang sehat dan meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.






































BAB II
PEMBAHASAN




2.1 Pengertian Pacaran
            Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Secara umum, istilah "pacaran" berasal dari kata "pacar" dengan akhiran "-an". Kata pacar berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno) yang berarti "calon pengantin". Kemudian mendapat akhiran "-an" yang bermakna kegiatan. Sehingga pacaran berarti menjadi kegiatan sebelum menikah/aktivitas dengan calon pengantin sebelum menikah.

Ada juga yang mengartikan pacaran sebagai kebersamaan dan keterikatan jiwa, emosi maupun batin di antara kedua insan memiliki nilai, rasa, dan tingkatan yang berbeda dari sekedar hubungan pertemanan biasa. Keterikatan hatinya terpaut begitu kuat dan sudah memiliki arah dan tujuan yang lain dari sekedar berteman layaknya sebelum mereka menjalin hubungan pacaran. Yang kemudian muncul istilah "pacaran" di kalangan mereka sebagai bentuk penamaan terhadap teman dekat yang spesial atau sahabat yang istimewa yang tak tergantikan oleh yang lainnya.


2.2 Dampak Positive dan Negative dalam berpacaran

A.   Dampak Positive
1.      Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.
2.      Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau  kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya,  merupakan saat yang tepat untuk berpacaran tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).

B.     Dampak Negatif
1.      Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
2.     Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
3.     Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
4.       Kekerasan fisik
Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.


5.      Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah  mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
6.      Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

2.3 Penyakit-Penyakit Menular yang Berbahaya Akibat Seks Bebas

1.   GONORRHEA
·      Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
·      Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
·      Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan
·      Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini.


2.   HERPES
·       Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
·       Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
·       Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
·       Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
·       Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
·        Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina.



3.   INFEKSI JAMUR
·       Disebabkan oleh jamur
·       Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
·       Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
·       Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur


4.   SYPHILIS
·       Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
·       Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
·       Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain
·       Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
·      
Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina


5.   BISUL atau KUTIL PADA ALAT KELAMIN
·       Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
·       Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
·       Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
·       Dapat berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
·      
Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim.



6.   AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME)/HIV DISEASE*
·      Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh
·      Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
·      Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan
·      Disebarkan melalui hubungan intim [berciuman, making love], hubungan dengan lendir penderita dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.



PENYAKIT KELAMIN PADA WANITA :
Berikut beberapa penyakit umum yang wanita hadapi dan cara menjamin kesehatan kewanitaan tetap sehat:
1.   Human papillomavirus (HPV)
Human papillomavirus (HPV) adalah salah satu infeksi virus yang disebabkan oleh hubungan seksual paling umum. Sebagian besar penyakit ini tidak begitu berbahaya tetapi jika test smear nampak tidak normal, dokter akan menyarankan untuk test lab.
Cara untuk mengatetahui HPV adalah dengan cervical smear atau screening kesehatan seksual. Yakinlah untuk memeriksa secara teratur setidaknya satu kali setiap tiga tahun. Berhenti merokok karena penelitian menemukan hubungan antara merokok dan kanker vulva dan gunakan kondom.


2.   Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Pelvic Inflammatory Disease (PID) mempangaruhi satu dari 10 wanita dan jika dibiarkan akan menyebabkan ketidaksuburan. Gejala yang mungkin timbul pinggul sakit saat hubungan seks, pendarahan yang tidak teratur atau perubahan bau pada vagina. Segera periksa ke dokter jika anda menemukan gejala itu. Penyakit ini dapat dengan mudah disembuhkan dengan antibiotik.
Upaya pencegahan PID adalah lakukan seks yang aman dan memeriksakan secara teratur. Kadang-kadang gejala tidak begitu jelas sampai semua terlambat.




3.   Bacterial vaginosis
Bacterial vaginosis adalah salah satu infeksi vagina yang paling umum diantara wanita diusia beranak. Penyakit ini sering dianggap hanya infeksi karena memiliki gejala yang sangat umum dengan infeksi biasa.
Gejala dari ketidakseimbangan bakteri dalam vagina termasuk gatal, aroma amis dan perubahan dalam vagina. Jangan biarkan gejala-gejala tersebut dan yakinlah untuk diperiksa dan disembuhkan dengan baik. Jika dibiarkan, ini akan meningkat resiko berkembang menjadi PID


4.   Penyakit radang pelvis
Penyakit radang pelvis (bahasa Inggeris: Pelvic inflammatory disease) ialah sejenis penyakit berjangkit yang progresif berlaku pada tiub Fallopio, rahim, serviks dan/atau ovari. Penyakit radang pelvik selalu dikaitkan dengan penyakit kelamin kerana ia selalunya berjangkit melalui seksual.



















BAB III
PENUTUP



3.1 Simpulan

Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena berdasarkan usia dan aspek psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri akan tetapi peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan.



3.2 Saran

Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja focus untuk belajar saja dan meraih cita-cita. Menyadari besarnya pengaruh eksternal dalam berpacaran usia remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan guru dan lingkungan sekitar termasuk dengan para remaja supaya terjadi keterbukaan antara remaja dan orang tua































Daftar Pustaka









Komentar

Postingan Populer